Meja Dapur

ALASANKU UNTUK NGEBLOG



Alasanku untuk Ngeblog



Mengapa Menulis di Blog & Tips Atur Waktu


Setiap orang mempunyai alasan sendiri ketika menuangkan pikirannya. Ada yang menulis puisi, buku harian, quote, cerita pendek, novel atau bahkan ada yang menggubahnya dalam lagu. Begitupun aku ketika memutuskan membuat blog, tentunya ada alasanku untuk ngeblog.

Cara yang berbeda itu tentunya mengikuti rasa yang ingin ditampilkan.

Keinginanku memiliki blog sendiri sudah lama ada, hanya saja terkendala pada waktu dan cara. Berapa kali buka blog, mempelajari lalu tertinggal. Hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu, aku dapat kesempatan belajar menulis novel dan dari sana aku mendapat link untuk belajar menulis blog. Dan sekarang melalui Blogspedia Coaching for Newbie aku bisa dapat kesempatan lebih serius menata dan membangun blog milikku sendiri.

Saat ini menulis novel menjadi mainan baruku, namun keinginan memiliki blog pribadi menjadi cita-cita yang tak pernah berhenti untuk diupayakan.

Mengapa?

Pernah kubayangkan karyaku muncul di salah satu pencarian di google
Pernah kubayangkan karyaku memberi manfaat pada orang lain, memberi jawaban atas tanya yang dia lempar kedunia maya, seperti aku juga yang bertanya disana.

Dan aku berkhayal suatu masa anak cucuku menemukan harta karun yang kusimpan didunia maya, tentang semua ilmu hidup yang ingin kubagi dengan mereka

Dari semua alasan, poin ke 3 adalah alasan terbesarku.

54 tahun usia tubuh ini, sudah merasakan banyak asam garam pahit getir kehidupan.

Dari kecil hingga remaja, aku hidup di bawah bayang-bayang orangtua yang sangat sempurna dalam menjaga anaknya, hingga akhirnya aku kehilangan ... terutama kehilangan identitas diri.

Aku tidak bisa memutuskan apapun tanpa bertanya pada Mama. Dampak semua itu, k ini tak banyak jejak teman masa kecil yang aku ingat. Hal ini karena kurangnya "warna" di masa itu ... tak ada “kenakalan” yang kubuat. Semua datar dan biasa saja.

Pada masa SMA, tanpa disadari, pemberontakan kecil kulakukan. Diri ini mencari jawaban di luar tentang siapa diri ini. Aku takut bertanya pada orangtua, karena khawatir disalahkan. Perasaan tersebut muncul bukan tanpa alasan. Pernah terjadi, kata maaf dan perubahan sikap yang aku lakukan malah menimbulkan kecurigaan. Padahal saat itu aku betul-betul tersentuh nasehat senior ketika ada malam renungan, dimana dikatakannya kami harus taat dan berbakti pada orangtua. Menerima mereka apa adanya dan belajar menyesuaikan diri. Merasa bersalah dengan perilaku selama ini, akupun tersungkur dan meminta maaf pada keduanya ketika tiba dirumah. Namun sayang, reaksi mereka tidak seperti yang aku harapkan. Aku sangat malu dan kecewa, karena apa yang kulakukan malah seperti menjadi boomerang. hal itu membuat diri ini gamang.

Bertahun aku merasa kehilangan jati diri, membatasi pertemanan. dan yang bisa menghiburku adalah puisi dan diary. selain itu aku menghabiskan waktu dengan membaca majalah dan mengkhayal menjadi penulis. membuat naskah-naskah yang semuanya berakhir di tempat sampah. yah ... aku tak punya keberanian untuk memulai dan menampilkan diri. Begitu seterusnya, hingga pada satu titik jenuh, kutinggal semua dan mencoba menerima keadaan. Menjalani apa adanya tanpa berpikir terlalu banyak tentang harapan.

Ketidak mampuan aku menjadi diri sendiri, menjadi siksaan tersendiri ketika menikah. Mengapa? Bagaimana mungkin mau menyatukan dua karakter ketika pada saat itu aku sendiri tidak tahu apa yang diinginkan diri ini. Akhirnya semua bermuara pada kemarahan-kemarahan yang dilampiaskan ke anak. Yach … aku tahu aku salah, tapi aku tidak tahu harus bagaimana.


PROSESnya?

Bertahun kemudian, perlahan naluriku dikembalikan pada kesadaran. Tangan Tuhan bergerak membimbing diriku. Perlahan aku bisa memilah, mengolah dan menerapkan banyak ilmu kehidupan. Disaat itulah timbul keinginan menulis. Menuangkan pendapat, pemikiran bahkan kiat-kiat dari sisi curhatku. Bercerita pada dunia dari sebuah akun yang anonym, karena aku masih tak percaya diri.
Perlahan aku mulai aktif mengikuti diskusi dan pelatihan untuk mencari tahu jawaban keresahan diri. Bila ada materi yang sesuai rasanya ingin kusimpan, atau kadang ada materi yang ingin kulengkapi bahkan ada juga materi yang aku tak cocok sama sekali, tak sesuai dengan karakter kepribadianku. Semua menjadi nuansa tersendiri untukku dan mulai mewarnai hidup.

Di kehidupan nyata, pada akhirnya lingkungan mulai mengakui pendapatku. Kemampuanku menulis proposal dimanfaatkan organisasi ibu-ibu tempat suami bekerja, bahkan dalam beberapa kesempatan aku dijadikan narasumber mereka untuk bertanya dan belajar. Percaya diri ini perlahan mulai tumbuh dan pemikiran-pemikiran yang selama ini tersimpan mulai menyeruak minta didengar.

Ada satu masa, aku merenung. Perjalanan mencari jawaban atas pertanyaan kehidupan ternyata sangat memperkaya diri ini. Aku merasa beruntung menemukannya. Namun aku berpikir apakah anak cucuku juga akan menemukan keberuntungan itu? Siapa yang akan mengajari mereka? Akukah? Iya kalau aku berumur panjang, bila tidak?

Dititik itulah aku memutuskan untuk meninggalkan jejak. Memberi tempat dimana mereka bisa bertanya, agar tak tersesat. Seperti ada ambisi seakan aku ingin tetap ada di langkah kehidupan mereka. Mungkin ini egois, merasa mampu menjawab tanya mereka dan seakan akulan sumber jawaban semua tanya. Hal yang wajar yang dirasa semua orangtua, seperti juga papa mama dulu.

Inilah dasar aku ingin memiliki blog sendiri, My Big Why, Alasanku Untuk Ngeblog
Ibarat rumah, blog yang kubuat akan punya banyak ruang. Dimana ketika kau masuk ke dapur, kau akan menemukan resep dan tips seputar masakan dan cara menyenangkan perut. Ketika kau ke halaman, kau akan menemukan tips seputar berkebun. Begitupun ketika kau kekamar anak, kamarmu, ruang tamu … aku ingin blog yang kubuat bisa menjadi refleksi caraku berbagi.

Dengan blog anak cucuku akan punya pilihan … kapan, dimana, yang mana dan bagaimana menyerap ilmu yang kutinggalkan. Dan bila anak cucuku merasa tak memerlukan, aku tak perlu marah karena akupun takkan tahu itu. Aku cukup menulis, menuangkan semua yang ada di kepala, berusaha memberikan yang terbaik. Lalu biarlah alam yang akan memasangkannya dengan pembaca yang cocok dan nyaman dengan tulisanku.

Aku kaya karena mendapat ilmu dari lingkungan dan bacaan, dan aku ingin juga memperkaya orang lain … mengembalikan apa yang sudah kudapat. Ini caraku berterima kasih pada hidup yang telah mengisi dan mendampingiku. Caraku berterima kasih karena aku lolos dari keresahan yang tidak menyesatkan.

Ketika aku ikut kelas menulis, disana diajarkan membuat outline. Kisi-kisi untuk menuangkan gagasan.

Ketika aku ikut workshop membuat lirik lagu, disana diajarkan menyimpan kosakata dan ide

Ketika mendengarkan pengalaman beberapa penulis senior membagi waktu, aku paham cara memanfaatkan moment


Dari pengalaman itulah, diri ini selalu menyempatkan untuk membuat konsep sesaat ide muncul. Kapan saja dimana saja, begitu muncul inspirasi, langsung ditangkap dan disalin dalam catatan. Baik hanya sebatas kata atau sudah berkembang dengan alurnya.

Disetiap selesai shalat malam, memanfaatkan tenangnya suasana, kusempatkan untuk menuangkan tulisan-tulisan itu hingga subuh tiba. Ohya, setiap malam sebelum tidur biasanya pikiran ini berkelana. Saat itulah banyak hal baru yang dapat ditangkap untuk mengembangkan sebuah cerita atau tulisan.

Tulis saja, tuang saja, tanpa banyak berpikir tentang cara penulisan dan tatabahasa. setelah itu, sebelum diterbitkan, baca lagi dan diperbaiki. Yang menariknya, ada kalanya ketika memngedit naskah, halaman bisa bertambah, berkurang bahkan aku permnah menemukan ide baru ketika itu. Walhasil naskah berakhir menjadi menjadi dua judul.


Itulah sedikit cerita tentang Alasanku Untuk Ngeblog, caraku dalam membuat blog dan membagi waktu untuk menuangkannya.



Bagi siapapun yang ingin menjadikan artikel ini sebagai referensi, tolong cantumkan link di artikelnya. Mohon tidak untuk copas ya. Terima Kasih
Bunda Dina
Rasa ingin tahu, membuat aku jadi ingin berbagi. I love it
Newer Oldest

Related Posts

22 comments

  1. Sebagai ibu, aku terharu sekali dengan big why nya bunda... Daleeem bangett dan nyess menyentuh hati, aku pun Meleleh *sungkem dan peluk.
    Bunda usianya beda dikit aja sama mertuaku, salut untuk bunda yang teteup semangat menulis, usia boleh bertambah, semangat jangan berkurang. Semangat bun :)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas supportnya Mbak... Saya masih belajar...

    Biarlah tertatih... Insya Allah sampai di tujuan 🙏

    ReplyDelete
  3. Iya.. Begitu tau umur bunda aku juga ngerasa nyeees banget, MasyaAllah bunda.. Meski usia tak lagi muda tapi semangat masih tetap membara.
    Semangat bunda...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah... Terima kasih atas supportnya 🙏

      Delete
  4. terharu bacanya bund, jadi termotivasi untuk terus belajar. semangat buat kita..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hidup ini berjalan diatas rel yang sudah ditetapkan. Ketika Sang Pencipta belum mengatakan berhenti, maka langkah tetap harus terayun. Warnai langkah itu, dan tandai...

      Delete
  5. Bunda, aku pingin kaya gini di penambahan usia yang terus berlanjut. Ingin aktif dan melek teknologi. Terharu sekali baca kisahnya. Semoga tetap semangat dan semoga tulisan2 yg kita buat bisa bermanfaat untuk orang banyak ya bun :) (aku terinspirasi loh)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah kamu bisa... Bundapun terinspirasi dari banyak orang yang telah duluan melangkah

      Delete
  6. Masha Alloh, bunda sangat menginspirasi,saya sebagai seorang ibupun masih terus belajar bagaimana menjadi ibu sekaligus guru dn juga teman untuk anak² pada khususnya.dan dengan bertambahnya usia semoga terus menebar manfaat salah satunya melalui tulisan. Belajar mmemang tak mengenal usia. Sukses selalu ya bun

    ReplyDelete
  7. Insya Allah... Berkah untuk kita semua. Keep on moving...

    ReplyDelete
  8. "Aku kaya karena mendapat ilmu dari lingkungan dan bacaan, dan aku ingin juga memperkaya orang lain … mengembalikan apa yang sudah kudapat. Ini caraku berterima kasih pada hidup yang telah mengisi dan mendampingiku."
    #BestPart

    Ah, Bunda... Ini bukan sekedar tulisan, ini beneran sampai ke relung hati uuuu ♡ #MejaDapurBunda insyaa Allah jadi list blog yang wajib dikunjungi

    Masyaa Allah, belajar banyak dari bunda~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah... Terima kasih Mbak Maria Ulfah 🙏. Bunda jadi semangat

      Delete
  9. Masya Allah Ibu, semangatnya sangat orisinil. Saya bacanya sambil berkaca-kaca, membayangkan ibu saya seperti itu.
    Semoga dimudahkan dalam berbagi ilmu, ya Bu. Terima kasih telah meniatkan diri untuk membagi kisah-kisah inspiratifnya :').
    Semangat dan sukses ya Bunda Dina :D.

    ReplyDelete
  10. Masya Allah Bund, semangatnya luar biasa sekali...semoga sehat selalu ya Bund biar makin byk tulisan menginspirasi lainnya...😍😍

    ReplyDelete
  11. Masya Allah bunda,,tulisannya bagus mengalir indah, yang dari hati akan samapi ke hati.

    Masya Allah bunda Dina semangat belajarnya patut ditiru,,Semoga Allah meridhoi niat bunda untuk berbagi kisah inspiratif,, Barakallah bunda Dinaa..

    ReplyDelete
  12. Terima kasih juga atas kunjungan dan supportnya.

    Semoga kita sama-sama bisa selalu semangat untuk berbagi

    ReplyDelete
  13. Sebuah kisah yang sangat menyentuh, yang disajikan dengan story' telling yang begitu indah, mengena, dan menggugah diri. Semangat selalu,Kak.

    ReplyDelete
  14. Masya Allah bunda ceritanya bikin terharu nih.. Aku yg masih pemula dalam berumah tangga menjadi terinspirasi dari kekuatan bunda..
    Pingin juga di usiaku yg terus bertambah ini bisa menginspirasi orang lain juga seperti bunda..
    .
    Terima kasih cerita inspirasinya bun :D

    ReplyDelete
  15. MasyaAllah tabarakallah Bun, perjalanan mencari alasan untuk nge-blog sangat mengharukan, sampai terasa di hati saya. Konsep Niche nya juga kerennn...

    ReplyDelete
  16. Sampai sedalam itu ya mbak, peluk dari jauh. Bahwa setiap keputusan punya asalan tersendiri. Semangat

    ReplyDelete

Post a Comment