Meja Dapur

Usia Paruh Baya

Usia Paruh Baya
Source: Goldu Standlip Gloss


USIA PARUH BAYA, tetap percaya diri


Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa hari ini Bunda terhenyak menyadari usia sudah melampaui batas setengah abad, usia paruh baya. Jari ini masih terdiam bersama pulpen yang masih terbuka di atas formulir yang harus diisi. Mata ini terpaku memandang titik-titik berjudul usia. Yah, selama ini Bunda seringkali mengabai untuk mengingat panjangnya umur, hanya mengandalkan tahun kelahiran saja agar si penanya menghitung sendiri.


Dalam diam akhirnya satu persatu pikiran menyeruak di kepala, begitu banyak dan semua membutuhkan jawaban.


BATAS USIA

Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa paruh baya dimulai pada usia 55 tahun atau lebih. Data ini ditemukan melalui survei atas 1.000 orang dewasa Inggris berusia 50 tahun ke atas untuk situs internet Love to Learn. Namun dalam kenyataannya, sebutan paruh baya itu sebenarnya hanyalah ungkapan rasa insecure seseorang ketika dirinya masuk dalam fase menurunnya tingkat produktifitas. Ada rasa tidak percaya diri bahwa fitalitasnya mulai menurun.


Hal ini wajar karena tahapan pertumbuhan manusia pada akhirnya akan memasuki masa tersebut.


Ada yang mengatakan masa yang paling indah adalah masa SMA. Ada lagi yang mengatakan kebebasan waktu di masa kuliah adalah golden moment


Sobat Bunda bagaimana? Kapan masa yang paling ingin di ulang dalam hidup?



Bunda sendiri merasa semua fase dalam pertumbuhan punya jejak-jejak yang memberi warna perjalanan. Tak bisa Bunda katakan bahwa hanya masa SMA yang paling menakjubkan atau ketika di bangku kuliah, karena Bunda merasakan sendiri ada proses pendewasaan dari masing-masing waktu.


Justru finalisasi karakter terjadi ketika memasuki usia 40. Pelan tapi pasti telah terjadi seleksi alam atas karakter yang akhirnya menjadi bentuk akhir yang terbawa untuk menghadapi masa di ambang senja.


PERUBAHAN PHISIK


Memasuki empat dasawarsa usia, wanita mulai diresahkan oleh tampilan diri. 

Dengan segala kesibukannya, sebagian besar wanita seakan lalai dengan bentuk tubuh dan memakluminya sebagai bagian yang wajar. Namun, ketika komentar muncul berkaitan dengan itu, hati pun menjadi resah. 

Body Shamming menjadi hal yang menakutkan. Padahal mungkin si pencetus tidak ada niat untuk membully, hanya terceplos karena telah lama tak berjumpa atau alasan lain yang nyatanya adalah sesuatu yang wajar saja. Bahkan kadang dia pun mengatakannya sebagai bentuk toleransi karena sama-sama bermasalah pada tampilan diri yang sudah jauh berubah. Namun apa daya, kadang pikiran seseorang tak dapat diatur atau dikendalikan. 


Begitupun yang terjadi di diri Bunda.

Bila semula postur tubuh semampai bak photo model, seiring berjalan waktu diri ini merasa seperti seorang raksasa yang sedang berjalan. Tak lagi percaya diri untuk selfie atau selalu berusaha menggunakan baju longgar. Pipi tirus yang menjadi kebanggaan kini telah hilang menjadi chubby dengan rahang yang seakan ikut menonjol.

Terlebih ketika usia menapak setengah abad, Bunda tersadar kulit tak lagi bersinar indah seperti dahulu. Apalagi ketika  di vonis ada miom kecil di rahim, dimana akhirnya Bunda disarankan untuk mempercepat menopause agar pertumbuhan sel yang tak diinginkan itu terhambat. Sejak saat itu, siklus kehidupan berubah yang diirigi dengan lebih banyak lagi perubahan di tampilan phisik.

Miom (Uterine fibroid) adalah benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di rahim, baik dinding rahim bagian dalam maupun bagian luar. Miom pada umumnya tidak menimbulkan gejala pada penderitanya. Namun dapat timbul gejala seperti merasakan darah yang lebih banyak pada saat menstruasi , nyeri perut bagian bawah dan sering buang air kecil. Perdarahan di bagian kewanitaan setelah berhubungan dengan pasangan juga menjadi salah satu gejala.

Penyebab miom belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko kemunculnya. Salah satunya adalah peningkatan hormon ekstrogen yang terjadi ketika wanita menstruasi atau di masa kehamilan.

Pada dasarnya miom dapat menyusut sendiri, namun pada kasus  dengan gejala tertentu biasanya dokter akan menyarankan untuk terapi hormon. Miom juga bisa menyusut secara otomatis ketika si penderita memasuki masa menopause.

Pada kondisi Bunda yang saat itu sudah memasuki usia 50 tahun, sudah mendekati masa menopause, dokter menyarankan untuk melakukan terapi hormon untuk mempercepat proses menopause. Ketika menopause, tubuh Wanita akan mengalami penurunan hormon ekstrogen yang akan diikuti dengan menyusutnya besaran miom.



MENOPOUSE


Sejalan dengan masanya, setiap Wanita akan menghadapi menopause, suatu masa yang dianggap momok menakutkan bagi setiap Wanita.


Menopouse


Sebagai wanita tentunya Bunda harus memepersiapkan diri menghadapinya, oleh sebab itu sejak jauh hari Bunda mencoba mempelajari apa dan bagaimana menopause, tentunya mencoba mencari tahu alasan mengapa dia begitu ditakuti. 

Satu sisi Bunda juga flash back di masa Mama( Neneknya anak-anak) mengalami hal itu. Pada masa itu, Bunda tidak melihat hal menyolok yang terjadi ketika beliau memasukinya. Paling-paling ada moment psikologis yang sedikit membuat naiknya kadar emosi. Tapi, kadang terpikir apakah moment itu terpengaruh menopause atau semata-mata masalah yang sedang terjadi? Entahlah, Mama pun tak pernah bercerita.

Banyak teori yang dipaparkan tentang ha-hal besar ketika seorang wanita menghadapi menopause, namun disini Bunda akan menyimpulkan hanya yang terjadi langsung pada diri sendiri.


  • Stopnya tamu bulanan yang membuat Bunda sangat bebas dalam beribadah. Konsistensi waktu menjadikan diri ini bisa lebih fokus tanpa terputus “libur palang merah”
  • Kesehatan yang mulai bermasalah, yang membuat aktifitas fisik terkendala.
  • Emosi yang tidak stabil, cenderung mudah tersinggung atau jatuh dapat titik rendah kesedihan karena merasa diri tak dihargai
  • Kulit yang kering dan kusam. Kesalahan fatal sekian lama terlalu percaya diri akan anugerah kulit istimewa, sehingga Bunda lalai merawatnya dan akhirnya terlamat untuk memulai.
  • Perubahan hormon ternyata mempengaruhi juga aroma tubuh, kelenjar ludah juga kemampuan menahan buang air kecil. Ah … Bunda jorok nih! Mosok sih segitunya? … HAHA… ma’af ya kalau tidak nyaman membacanya, tapi ini sesuatu yang sangat mengganggu dan tak semua orang mau menceritakannya.

Setiap Wanita akan mengalami hal yang berbeda ketika menopause, bisa jadi kelak Sobat Wanita Bunda akan bercerita dari sisi yang lain ketika kelak mengalaminya.


Siapkan aku menjadi tua?


Bila berbicara siap atau tak siap, tentunya menghadapi segala kemunduran ini sebagian orang akan mengatakan tidak siap. Hal ini wajar, karena dari seseorang yang enerjik, penuh fitalitas, secara perlahan harus mengakui dan menerima keterbatasan. 

Banyak juga orang yang berusaha melawannya dengan melakukan banyak usaha untuk merekayasa, namun tua adalah Sunattulah / ketetapan Allah, sesuatu yang tak kan bisa dihindari. Dan berlaku untuk semua mahluk, hewan, tumbuhan, manusia baik pria maupun Wanita.


BERHENTINYA MESTRUASI

Hal yang paling membahagiakan ketika menopause adalah berhentinya mestruasi. Dan dikarenakan Bunda mendapat terapi hormon, moment stopnya tamu bulanan benar-benar mengagetkan. Layaknya seperti kendaraan yang direm mendadak, haid yang Bunda alami juga begitu.


Kaget? … tentulah!

Namun Bunda mencoba untuk enjoy dan menyiapkan diri untuk memasuki babak baru tahapan pertumbuhan manusia.

Manusia melewati proses pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Tahapan akan terjadi mulai dari kandungan hingga tua. Selain menjalani perubahan secara fisik, kemampuan berpikir, motorik, emosi dan sosial juga ikut berubah.


Tahapan ketika Bunda mengalami menopause dikenal dengan  Fase Dewasa Tengah, yang terjadi di rentang usia 40 hingga 60 tahun. Umumnya di tahapan ini Wanita total fokus dalam membesarkan anak, karir (Wanita pekerja) dan mulai punya kontribusi dalam masyarakat. Namun kondisinya tidak seprima sebelumnya, fitalitas mulai menurun.

Memasuki moment ini Bunda manfaatkan untuk beribadah lebih intens lagi. Bunda seperti masuk jalan tol bebas hambatan dalam interaksi dengan Sang Pemilik Jiwa, Alhamdulillah.

Namun, Bunda juga harus waspada karena ketika haid berhenti, tentunya keseimbangan hormon akan terganggu yang akan mempengaruhi banyak hal di fisik maupun psikis.


KESEHATAN MULAI BERMASALAH

Ahh … jadi ingat celetukan salah satu teman ketika reuni via zoom. Setelah bertegur sapa dengan begitu hebohnya, tiba-tiba ada yang tertawa terbahak yang membuat kami semua terdiam. Katanya dia lucu mendengar tanya jawab antara kami, dimana ujung-ujungnya yang dibahas tentang penyakit yang diderita dan saran-saran pengobatan baik melalui jalan medis maupun secara herbal. Dan saat itu akhirnya kami tergelak bersama, menentawakan “usia” yang mulai akrab dengan obat dan supplemen.

Bicara tentang kesehatan, munculnnya penyakit tidak terjadi semata-mata karena menopause. Fase ini hanya pelengkap ketika memang mulai masuk ke gerbang batas kemampuan fisik di usia tersebut. Hanya saja, bila sudah memiliki penyakit sebelumnya, menopause akan membuatnya menjadi lebih kompleks.

Sejak memasuki usia 40 tahun, Bunda di vonis menderita HNP (Hernia Nukleus Pulposus) Lumbal atau dikenal umum sebagai Terjepit Syaraf Belakang di beberapa ruas dekat dengan tulang ekor.


Sakit Bun?


Alhamdulillah nikmat sekali rasanya. Untuk menggambarkannya sederhana saja. 

Bila diantara 2 tulang di letakkan 1 keping kecil pecahan kaca atau butiran pasir lalu digerakkan, bagaimana rasanya?

Aha! … 

Sobat mungkin akan mendesis atau berkernyit kening membayangkan ngilunya.


Alhamdulillah setahun kemudian Bunda diberi hadiah, HNP Cervical atau Terjepit Syaraf di leher.

Keduanya dihadapi dengan lapang dada dan hari-hari Bunda mulai dijalani dengan rutin menjalankan fisioterapi. Selama 6 tahun Bunda menjalaninya tentunya jenuh. 

Dan yang lebih indah lagi adalah ketika disalah satu masa itu Bunda kesulitan mengangkat tangan kanan, walau sekedar untuk mengikat rambut atau menarik resleting belakang.

Masya Allah … rasanya yang menelimuti hati saat itu luar biasa. Dada ini Bunda buka selebar-lebarnya agar bisa menerima semua.


Sobat percaya gak? Bunda sampai belajar menulis dan makan dengan tangan kiri lho. 

Why? …. 


Bunda takut stroke, takut lumpuh. Bunda hanya bersiap untuk menghadapinya


Diluar ini semua, Bunda sendiri mempunyai simpanan kelainan di kepala, dimana kepala ini seperti mau meledak ketika ada tekanan kuat mengalir ke kepala. 

Sebagai gambaran ekstreem (gambaran khusus untuk yang sudah menikah yaaa..). Bunda akan mengalami tekanan yaqng sangat kuat di dalam kepala, sesaat setelah mengalami orgasme. Situasi yang sangat dilemma dan akhirnya berdampak psikologis. Pada saat itu satu-satunya cara yang bisa Bunda lakukan adalah, langsung diam dan memposisikan tidur, membuat diri relaks dan pelan-pelan menguraikan tekanan. Seperti ada dialog yang Bunda lakukan dengan tubuh,


I said … hey buddy, please calm down. I love you, we faced it together.
This too, will pass.


EMOSI TIDAK STABIL

Dengan hadiah bertubi-tubi itu, mau tak mau emosi Bunda mulai terpengaruh. Ketakutan akan invalid, tergantung pada orang lain, rasa diabaikan dan tidak dihargai padahal sudah lelah berbuat banyak akhirnya lebih dominan menguasai diri. Ada rasa takut ketika tiba di usia dengan segala koleksi kekurangan, akan mendapat pengabaian. Akhirnya seperti takut memasuki gerbang usia “tua”.

Dan dalam diam, Bunda mempersiapkan beberapa kondisi. Mulai dari membeli peralatan terapi sendiri, mulai mempelajari obat-obatan yang diperlukan, menyiapkan alat bantu untuk mengatasi handicap dan lain-lain. intinya belajar dan berusaha untuk tetap berjuang berdiri di kaki sendiri. Dan keluarga tidak ada yang tahu keresahan ini. Mengapa? ... yah...mungkin takut dianggap lebay... Hehe...

Pergulatan dalam pikiran  tanpa disadari ternyata mengganggu batin yang akhirnya mempengaruhi emosi. Pada masa seperti ini, pantang ada hal yang mengganggu, rasa tidak terima bisa langsung meledak.


Senggol? Bacok!


Ini hal yang jamak, dan harus disadari setiap wanita yang akan memasuki usia paruh baya


KULIT KERING DAN KUSAM

Nah … ini salah satu yang paling membuat Bunda syok.

Alhamdulillah, kulit wajah Bunda termasuk yang tidak mudah keriput. Kalaupun ada garis-garis, lebih dikarenakan seringnya kening berkerut memikirkan putaran dunia. 

Bunda dikaruniai kulit wajah yang kenyal dan sangat mudah diurus tanpa perlu perawatan khusus. Tak berjerawat, putih seperti kulit gadis remaja... 

Di satu sisi, Bunda kebetulan bukan tipikal wanita yang suka selfie, sehingga tidak terlalu memperhatikan perubahan di wajah. Hingga suatu saat, ada permintaan mengirim photo selfie untuk kepentingan organisasi, Bunda kaget dengan hasilnya. Melihat wajah sendiri dari jarak dekat. 


Hey.. what’s going on with my face?



Wajah seperti layu / kuyu tidak nampak cerah, walau berbagai teori ekspresi sudah diterapkan. Tetap tidak bisa menyembunyikan kondisi asli.

Hingga salah satu junior yang kebetulan memiliki klinik kecantikan, dr. Arma Citra, menceritakan segala hal tentang kondisi kulit wajah saya dan efek dari UV selama ini yang tak pernah saya upayakan untuk ditangkal, ditambah lagi dengan perubahan hormon yang mulai terjadi otomatis mempengaruhi kekenyalan dan sinar di wajah. Dan sejak itu di bawah bimbingannya saya mulai memberi perhatian lebih pada kulit wajah.

Armaskin


Alhamdulillah, dengan bahan-bahan alami yang ada di produk beliau, kekenyalan kulit wajah mulai kembali dan wajah Bunda tak kusam lagi. Sesekali Bunda menyempatkan diri untuk treatment wajah di kliniknya yang minimalis namun bisa memanjakan pasiennya. 


PERUBAHAN AROMA TUBUH DAN KELENJAR LUDAH

Nah, yang satu ini masalah penting yang sangat mempengaruhi percaya diri. Setiap orang akan berusaha membuat dirinya tampil baik di antara orang lain. Bukan berarti kita harus menggunakan pewangi yang berlebih, cukuplah bila orang tidak menjauhi kita karena aroma yang mengganggu.

Secara perlahan perubahan hormon tentunya mengganggu kinerja kelenjar di tubuh kita, itupun juga yang melanda Bunda yang membuat diri ini krisis percaya diri bila berkumpul dalam satu grup kecil. Untung saja sekarang masa pandemi, sehingga situasi ini cukup nyaman dijalani karena terbatasnya waktu dan keadaan untuk bertemu.



UPAYA MENGHADAPI USIA PARUH BAYA


ACCEPTANCE & GET ALONG


Dengan segala situasi yang di hadapi menghadapi usia paruh baya, bagaimana Bunda mengatasinya?

Acceptance / Penerimaan

Seperti sudah dikatakan, usia paruh baya adalah fase yang mau tak mau harus di jalani dan dihadapi. Sekuat apapun kita melawannya, itu tetap akan terjadi. Jadi, menerima dan menjalaninya dengan lapang dada dan melakukan penyesuaian adalah cara yang Bunda lakukan agar merasa nyaman

Get Along / Rukun atau Hidup Bersama

Dengan mampu menerima fase ini, otomatis kita akan nyaman hidup bersama dengan segala kemunduran yang terjadi.


Lalu Bunda menerima begitu tanpa upaya untuk mengatasinya?


Yes.. sudah pasti… Kita manusia wajib berusaha, melakukan yang terbaik sebatas kemampuan, tanpa mengada-ada.


MERAWAT KESEHATAN


Bunda sengaja menggunakan istilah merawat kesehatan bukan menjaga kesehatan, karena sejatinya Bunda memang dalam kondisi sudah memiliki tabungan penyakit. Menjaga lebih tepat diberikan untuk yang masih sehat, sedang dengan merawat diharapkan kondisi yang ada tidak bertambah parah dan jangan sampai tabungan itu bertambah.

Lain dengan tabungan uang,… harus bertambah kalau ini. 💸


MERAWAT KESEHATAN PHISIK

Ketika di vonis HNP Lumbal, Bunda diminta dokter untuk mengurangi berat badan. 



Ish… dokternya nyentil hal yang paling senditif nih, sudahlah merasa tak percaya diri karena “besar” ech disuruh mengurangi berat badan. Gemukkan aku? Hingga dokter berkata begitu?
Namun ternyata Bunda salah menafsirkan. Setiap pasien HNP Lumbal memang akan diminta mengurangi berat badan, tujuannya agar bisa mengurangi tekanan yang terjadi di posisi lumbal. Jadi, walau pasiennyapun sudah langsing, saran itu tetap di sampaikan. Haha… Bunda sudah sensi
Lalu bagaimana caranya?

OLAH RAGA

Wanita itu secara umum susah sekali untuk memulai olahraga. Apalagi seorang ibu rumah tangga yang waktunya sudah habis berkutat di aktifitas sehari-hari yang tentunya juga mencucurkan keringat. Sehingga alasan tak ada waktu atau sudah keringat ketika mengerjakan pekerjaan sehari-hari menjadi alasan.

Padahal sebenarnya tidak sesimple itu yang namanya olah raga. Olah raga itu sejatinya memang mengolah tubuh agar kebugaran tercapai. 

Ketika tubuh bugar, sirkulasi darah lancar, seluruh tubuh akan mendapat benefit dan ketika dilakukan dengan teratur akan mendapat bonus berkurangnya angka di timbangan.
Bersungguh-sungguh dan teratur, itu kata kuncinya.


Kata siapa Bun?


Kata Bunda dong 😀


Sebelum memutuskan untuk serius berolah raga, Bunda termasuk salah satu wanita yang berlindung di balik kalimat “harap maklum waktuku habis di tugas sebagai Ibu Rumah Tangga” atau “Setiap hari tubuhku selalu berkeringat kok”.

Hingga Bunda mendapat pencerahan dari beberapa kejadian, yang akhirnya memaksa Bunda untuk merawat tubuh ini dengan olah raga.

Abang kandung Bunda, tinggal di Paris, mengidap asam urat parah hingga pernah ngesot untuk kekamar mandi ketika kumat. Akhirnya sekarang terbebas dari segala penyakit dan bahkan sekarang menjadi salah satu peserta tetap marathon di Eropa dan sekitarnya. Namanya sudah mulai disejajarkan dengan sosialita marathon Indonesia yang senang menjajal trek marathon menantang di sana. Bagaimana tidak menantang, Abangku Wingky bukan sekali  marathon hingga 3 hari lho, bahkan pernah dalam kondisi musim dingin. 

Wow kan? 😎


Hikmah apa yang Bunda ambil disini?

Tidak ada kata terlambat untuk memulai… iya gak?

Abangku bisa, Bunda harus bisa juga dong ... 


Lalu apakah Bunda marathon? No… sakit kepala yang sering melanda, membatasi ruang gerak Bunda. Kegiatan yang sifatnya “ngos-ngosan” tidak bisa Bunda lakukan. Bunda lebih tertarik dengan olah raga yang lebih lembut gerakannya, pelan namun tetap mampu membakar kalori. Dan finally, Bunda memutuskan mulai mempelajari Yoga. Catat ya… disini Bunda bukan mendalami Yoga tetapi baru memulai, baru belajar.

Ketika melakukan Yoga, Bunda membayangkan diri ini sedang menari mengikuti respon tubuh untuk bergerak. Apa hubungannya dengan menari? Karena menari adalah passion terbesar Bunda. Kapan saja, dimana saja bila ada suara musik mengalun dan hati terkoneksi dengan baik, tubuh ini bisa langsung bergerak secara otomatis. 


I do love dance, both modern and tradisional


Ditambah lagi ketika melakukan Yoga, biasanya diiringi recital instrumental yang menyejukkan yang bisa membawa jiwa dalam kondisi yang sangat tenang.  Dua kondisi yang sangat menyenangkan untuk dilakukan, namun membakar kalori.

Memutuskan menekuni Yoga juga dikarenakan Bunda mendapat instruktur yang sangat komunikatif dan bisa menyesuaikan bimbingan sesuai kondisi fisik yang mempunyai banyak tabungan.

Sebelumnya Bunda sudah mencoba banyak cara untuk berolah raga, namun kondisi HNP berikut masalah di kepala membuat Bunda harus mundur. Bahkan sebelum bertemu dengan Lenny Merlin Guchi, private instruktur saat ini, Bunda sempat mengikuti kelas Yoga lainnya namun coach waktu itu kurang memberikan perhatian pada HNP yang justru sempat membuatnya kumat karena salah gerakan.


Lenny Merlin Guchi


Awal mula bertemu dengan intruktur yang selalu ramping dan selalu ceria ini adalah ketika kami sama-sama mensupport acara lomba peringatan Hari Kartini di lingkungan kantor, dimana dia diminta menjadi MUA (Make Up Artist) seorang ibu sebagai peserta yang kami siapkan.  

Dari obrollan dengannya Bunda mendapat banyak masukkan, mulai dari cara mengolah tubuh dengan benar, mengatur diet yang seimbang bahkan bekangan diapun memberikan tips menata rias wajah yang pas dan menyegarkan untuk Bunda. Kenapa Bunda katakan menyegarkan? Ya karena efek usia paruh baya, bila salah menata rias, maka kesan “tua” akan lebih terlihat.

Berusaha bolehkan? Asal tak berlebihan


Hanya sedikit merubah tata cara, Alhamdulillah tampilan Bunda jauh lebih fresh. Usia cukup sembunyi di belakang.


Mengatur Pola MAkan

Sejak tahun 1994, Bunda mendapat informasi bahwa kami mempunyai faktor genetik untuk diabetes dari sisi Papa. Sejak itulah kami sekeluarga besar, terutama Bunda mulai mengatur pola makan. Intinya hanya mengurangi asupan karbohidrat. Dan akhirnya lebih dari 25 tahun Bunda sudah terbiasa mengalihkan karbohidrat dalam artian tidak semata-mata hanya memakan nasi.


Mengapa bisa ? mindset yang diatur. 


Pola pikir yang sangat sadar akan efek dari penyakit diabetes, membuat Bunda berupaya maksimal untuk mengatur pola makan atau diet.

Segala pola diet sudah Bunda coba mulai dari food combining, diet carbo, diet golongan darah dan lain-lain, namun akhirnya Bunda memutuskan untuk melakukannya dengan cara sendiri yang intinya adalah penggabungan dari segala sisi baik pola diet.

Ada dalil yang mengatakan “Makan sebelum lapar, Berhenti sebelum kenyang”.

Dalil ini Bunda terjemahkan sebagai makanlah tepat pada waktunya, sesuai metabolisme tubuh kita.

Berapa banyak orang terkena sakit lambung / magh dan orang lain selalu berkomentar “jangan terlambat makan”.

Walau memang dalil itu tidak satu-satunya alasan, namun makan tepat waktu sangat sangat membantu untuk kita bisa makan dengan benar.

Selain itu melalui sebuah buku yang berjudul Terapi Jus, yang ditulis dr. R.A Nainggolan, Bunda mempelajari tentang bagaimana kita memasukkan vitamin dan zat yang diperlukan tubuh dengan efektif juga efisien. Dan walau ini pun bukan satu-satunya cara, namun tanpa disadari Bunda sudah menerapkan terapi jus selama lebih dari 15 tahun.

Awal mula menerapkan ini, saat anak-anak kesulitan sarapan di pagi hari dimana perut sudah kenyang karena asupan susu. Sedangkan sebagai seorang Ibu, Bunda sangat sadar anak-anak juga membutuhkan kalori untuk beraktifitas selama setengah hari di sekolah.

Setelah mengenal buku ini, Bunda memutuskan mengalihkan asupan susu ke sore dan malam hari sebelum tidur dan mulai memberikan jus di pagi hari. Dan Alhamdulillah anak-anak bisa mengkonsumi keduanya, jus dan sarapan untuk memulai hari.

Belakangan setelah mengetahui bahwa sebaiknya buah dikonsumsi ketika perut kosong, Bunda makin semangat melanjutkan konsumsi jus. Tidak hanya diolah diambil saripatinya, buahpun dihidangkan juga dalam kedaaan utuh untuk membiasakan diri mengunyah. Konsumsi buah menjadi bagian penting dalam keseharian kami sekeluarga.

Sekian lama mengkonsumsi jus, Bunda membuatnya dengan menggunakan berbagai alat yang dibeli sesuai waktu dan kemampuan ekonomi.

Pertama kali memulai, Bunda menggunakan high speed juicer, yang memisahkan antara air dan ampas. Ketika itu fokus sumber bahan baku lebih banyak dalam mengkonsumsi sari wortel yang di campur buah lain. Selain mudah didapat, ini juga terkait kemampuan ekonomi pada saat itu. untuk kebutuhan 1 keluarga, setidaknya kami membutuhkan 1,5 kg wortel dan 1/2 kg jeruk. Disinilah Bunda dituntut untuk cermat, memberikan yang terbaik namun juga sesuai dengan kondisi ekonomi.

kelemahan dengan juicer adalah waktu membersihkannya. Dimana karena anak-anak masih kecil, Bunda cukup kerepotan membagi waktu. Untuk itulah, ketika alat tersebut rusak, Bunda menggantinya dengan blender yang lebih mudah penanganannya dan sekaligus memberi tambahan serat ketika diminum. 

Namun ada ketidak puasan tersendiri ketika mengguankan blender, karena harus menambahkan air agar alat bekerja dengan sempurna. Sedangkan dari bacaan yang Bunda jadikan rujukan, akan lebih baik bila ketika membuat jus, jangan menggunakan air.

Referensi Food Combining lebih menyarakan penggunaan  slow juicer yang melakukan pemisahan air dengan cara di pres, dibanding high speed juicer yang memarut buah dengan kecepatan tinggi.

Dan ketika membaca tentang slow juicer ini, Bunda langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan merk Hurrom, yang ketika itu (hingga kini)  di gadang-gadangkan sebagai yang terbaik diantara semua slow juicer. But… apa daya, harganya pun terbaik.

Hurrom Juicer



Alhamdulillah masa tunggu berakhir, akhirnya 3 tahun terakhir ini Bunda memiliki alat yang sangat Bunda idam-idamkan, dan menjadikan Hurrom Slow Juicer bagian dari cara Bunda merawat Kesehatan di usia paruh baya.


MERAWAT KESEHATAN PHIKIS

Acceptance & Get Along, dua hal yang ketika diterapkan akan membuat psikis juga terjaga. Menerima dan membiarkan diri menyesuaikan dengan keadaan, lalu mencari titik-titik yang bisa membawa rasa nyaman dan Bahagia. Karena itulah kunci dari ringannya langkah menghadapi kehidupan di depan dengan segala kendalanya.

Banyak membaca dan mendapat referensi yang mumpuni juga bagian dari usaha untuk mengendalikan emosi. Sharing dengan teman-teman dan melakukan interaksi sosial yang mendukung pada hal positif juga akan sangat membantu.

Membuka pertemanan baru dengan segala kalangan akan memperkuat rasa percaya diri karena biasanya lingkungan baru akan lebih mudah menerima karena mengenal kita di kondisi saat ini, dan kenyamanan akan sama-sama terbentu.
Lalu temukan juga keasikan baru, hobi baru yang bisa membawa semangat, tidak terpuruk hanya memikirkan “aku sudah tua”.

Di usia paruh baya inilah Bunda bersyukur akhirnya menukan dunia baru yang memompa semangat dan mengupgrade diri. 

Literasi… yach… dunia literasi yang sekrang Bunda tekuni, hadiah dari Allah di waktu yang tepat. Tidak ada lagi waktuku yang menggagur hanya sekedar menjadi pennunggu kursi goyang menuju usia senja. 

Dengan keterbatasan yang ada, Bunda sekarang seperti sedang berada di titik start menuju trek baru. 

Alhamdulillah, Bunda dipertemukan dengan sosok yang tepat, di waktu yang pas, membuat semangat ini seperti terlahir Kembali.


Goldie Mom



Rujukan:

  • Bbc.com
  • Alodokter.com
  • Hellosehat.com







Bagi siapapun yang ingin menjadikan artikel ini sebagai referensi, tolong cantumkan link di artikelnya. Mohon tidak untuk copas ya. Terima Kasih
Bunda Dina
Rasa ingin tahu, membuat aku jadi ingin berbagi. I love it

Related Posts

20 comments

  1. Pengalaman yang berharga Bun. Bisa untuk referensi bagi para bunda lainnya

    ReplyDelete
  2. MasyaAllaah.. mantab betul bunda, terimakasih sudah membagikan informasi yang sangat bermanfaat ini.

    ReplyDelete
  3. Bundaaaa...ah peluk Bunda, dengan segala masalah kesehatan dan usia ternyata tidak menghalangi Bunda Dina untuk tetap berkarya. Jadi inget eyang Sapardi Djoko Damono yang tetap semangat menulis meski usia 80an tahun.

    Tetap selalu menjadi sumber inspirasi kami Bun, dan semoga Allah angkat segala jenis penyakit dari tubuh Bunda ya. love Bunda !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin YRA.
      Alhamdulillah segalankendala, penyakit, justru menjadi motivasi Bunda untuk bangkit dan terus berdiri tegak.
      Mungkin bila tanpa itu semua, Bunda malah jadi pemalas

      Delete
  4. masha allah bunda. benar-benar tulus ulsannya. bund ini semangat produktif malahan, taka kalah semnagat sama yang muda. dan memang benar, fisik seorang wanita yang berusia paruh baya memang lebih ringkih ya bund. akupun sedang menyiapkan masa ini , semoga dikasih umur panjang dan berkah. Btw, tidak jorok kok bun, wajar, semakin berusia mudah pipis memang, sependek yang aku tahu pernah serumah dengan mertua. semgat bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe... Dinikmati.
      Sudah masanya, sedikit-sedikit diambil sama Yang Memiliki

      Delete
  5. Masya Allah, Bundaaa. Bener-bener ini tulisan yang kenyang. sehat-sehat ya Bundaaa. Selalu menginspirasi dan mengingatkan yang muda yang suka lupa buat jaga tubuh sebaik mungkin. Luvvv🥰🥰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, terima. Kasih sudha mampir. Semoga bisa mengambil manfaat

      Delete
  6. Setiap masa membutuhkan persiapan, setiap perubahan membutuhkan penyikapan, sungguh luar biasa bunda dengan ilmu ini ikut memberikan edukasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hanya sekelumit pengalaman, setidaknya yang lain bisa aware

      Delete
  7. Bunda.. Aku paling fokus di cara bunda buat jaga pola makan, diet karbo, dan sebgainya nih..
    Boleh dong suatu saat nulis tentang cara diet yg bunda jalani ini :D hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah... Ntar disusun dulu. Krn pola diet Bunda gak ada di teori modern, tapi merujuk cara makan yang sunnah aja

      Delete
  8. masya allah super emang BUnda ini, tak ada kata terlambat bener sekali. bunda ini enerhik sekali aku jadi ikutan pensaran dngan prtanyaan teman tempo hari ttg masa muda bunda macam apa ya bisa seposotiv ini energinya

    kadang ada orang yang tidak bisa berpikir sepositif bunda dalam mengahdapi ujian merka. mnegeluh, menyalahkan keadaan alhasil sakitnya makin parah malah merepotkan orang di sekitar kan.

    ah, aku pun saat ini berpikir bagaimana masa tuaku nanti? apa akan banyak menyusahkan orang atau bisa produktif versi aku saat itu.

    bunda dina bisa jadi referensi nih inspiratif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bunda bukan orang yg sempurna, pernah mengeluh, pernah protes, pernah nangis juga terpuruk.. Semua orang yang bisa bertahan dan bangkit, adalah orang yg hebat. Termasuk yang ada di komunitas kita

      Delete
  9. Bundaaa, selalu menginpirasiku. Aku sekarang jadi lebih memahami kondisi ibuku yang masuk usia paruh baya. Ternyata ada banyak hal yang tidak aku ketahui untuk memahami beliau. Terima kasih bunda sudah menuliskan ini

    ReplyDelete
  10. Harus banyak belajar dari bunda nih yang sudab banyak makan asam garam dalam kehidupan. Salam sehat dan bahagia selalu bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama sayang. Bunda juga belajar dari kalian semua agar tahu caranya selalu muda dan ceria

      Delete

Post a Comment