Halo Sobat...
Mulai hari ini, Bunda mendapat tantangan untuk belajar lebih jauh mengenai content writing dalam event The 21- Day Content Writing Challenge bersama kak Alex Alfand.
Sebagai tugas pertama, Bunda harus menuliskan tentang content writing mindset yang Bunda ulas dalam judul Memaknai Tujuan Content Writing.
Yuk disimak dan semoga bisa menjadi manfaat untuk semua yang membaca.
Tujuan Menulis
Ketika pertama kali memasuki dunia literasi, minat Bunda adalah agar bisa meghasilkan karya-karya fiksi sendiri. Hal ini terinspirasi dari cerita-cerita pendek atau novel yang dibaca sekaligus mengagumi kemampuan para penulis dalam menuangkan gagasannya. Sekali dua kali, ada juga alur yang dirasa tak sesuai dengan harapan atau bayangan, sehingga memunculkan hasrat untuk menuliskannya ulang dengan cara sendiri, agar sesuai harapan yang diinginkan.
Ini bukan suatu yang aneh atau salah, karena pada dasarnya ketika menuangkan karya fiksi, seorang penulis akan mengedepankan egonya. Dia bebas untuk mengatur plot cerita, karakter tokoh, konflik yang diinginkan atau hal lain sesuai kehendak dan imajinasinya tanpa berpikir apakah pembaca akan mendapat interpretasi yang sama.
Setelah mencoba menulis dan menjalaninya selama beberapa bulan, Bunda baru menyadari bahwa ternyata menuangkan konsep di kepala tak mudah. Dalam beberapa workshop penulisan fiksi, dijelaskan bahwa bila ingin karya yang sudah ditulis, bisa dibaca dan diterima oleh masyarakat, maka kita juga harus memahami genre dan alur seperti apa yang paling digemari. Pengecualian terjadi bila kita sebagai penulis memiliki idealisme sendiri dan tidak mau dipusingkan oleh selera pembaca.
Dalam suatu kesempatan, ada momen Bunda diperkenalkan dengan dunia blogging. Waktu itu, pemahaman Bunda akan blogging adalah seperti menuangkan tulisan dalam sebuah diary atau lembar catatan yang disimpan dan bisa dibaca oleh siapapun, kapanpun, tanpa harus meminta ijin terlebih dahulu. Tentunya sangat menyenangkan ketika pemikiran kita dibaca orang lain.
Bunda akhirnya mendaftar untuk ikut workshop blogging bersama Blogspedia. Dalam proses mengikuti tahapan demi tahapan membangun sebuah blog, akhirnya baru disadari bahwa blogging tak sesederhana itu. Ada kebutuhan dan tuntutan memenuhi rasa ingin tahu, terutama dari sisi pembaca. Bahkan lebih dari itu, ternyata blogging bisa menjadi corong pelaku usaha untuk memperkenalkan produk mereka pada khalayak. Di tangan seorang penulis, blog bisa menjadi pusat informasi.Jujur saja, Bunda kaget dan baru menyadari ternyata peran penulis dalam menyajikan suatu cerita baik fiksi maupun non fiksi sangat besar. Ada aturan main tersendiri agar apa yang disampaikan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.
Ketika itu Bunda cukup syok, karena akhirnya berada pada titik penting yang menjanjikan. Sesuatu yang diidamkan sekaligus menjadi beban tersendiri karena adanya aturan yang harus dipenuhi. Secara mental Bunda ternyata belum siap. Namun begitu, tak ada keinginan untuk surut kebelakang.
Content Writing
Content Writer yang sekaligus juga seorang blogger, tentunya sudah memiliki website sendiri dan berharap akun yang dimilikinya selalu update dan beberapa artikel / konten yang dituangkannya akan terkait dengan produk atau jasa yang akan di ikuti oleh audiencenya.
Selain melalui website, content writing saat ini juga dilakukan pada media sosial, dimana saat ini memiliki jaringan pasar yang lumayan luas dan memiliki trafik yang cukup tinggi.
Seberapa Pentingkah Peran Seorang Content Writer?
Untuk memahami peran penting seorang content writer, Bunda mencoba mengadaptasi 6 Pola Pikir yang Harus Diadopsi untuk Menjadi Penulis Lepas yang Sukses yang di tulis Nick Darlington, Feb 27, 2017, di writeworldwide.com;Mindset is established set of attitudes held by someone. Adalah sikap yang mengacu pada pola pikir tentang sesuatu, dimana pada setiap orang tentunya pola pikirnya akan berbeda.
6 Mindsets To Become A Successful Content Writer
- The “I’m Unique, Talented and Deserve to be Paid a ‘Pretty Penny’” Mindset. Sebagai penulis yang memiliki bakat dan kemampuan yang khusus, berbakat di bidang ini, sudah sewajarnya anda patut dibayar dengan harga yang sesuai.
- The “Business Owner” Mindset. Content Writer adalah pilihan karir yang menarik. Anda adalah bos diri sendiri, yang dapat mengatur jam kerja sendiri, menentukan tempat kerja sendiri serta dapat bekerja dari mana saja. Menjadi content writer, secara tidak sadar anda telah membuat keputusan untuk menjadi pemilik bisnis, suka atau tidak suka.
- The “What Value Can I Provide” Mindset. Ini adalah tentang nilai yang dapat diberikan kepada client atau pihak yang meminta anda melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka. Disini, anda perlu beralih dari pola pikir “pekerjakan saya” menjadi, “masalah apa yang dihadapi bisnis ini, dan bagaimana saya dapat membantu?”. Jadi, tunjukkan nilai dan client yang akan mencari anda.
- The “I will Invest in Myself” Mindset. Jangan ragu untuk berinvestasi pada sumber daya yang menunjang dan memberi manfaat pada karir sebagai seorang content writer.
- The “I will Use Criticism to Improve My Writing” Mindset. Menerima kritik adalah jalan terbaik untuk meningkatkan kemampuan menulis, sehingga artikel yang dibuat akan tepat pada sasaran.
- The “I’ll Take Action” Mindset. Jangan pernah menunda pekerjaan, atau anda akan kehilangan.
Apakah Bunda Siap Untuk Menjadi Seorang Content Writer?
Yup, siap tak siap, Bunda yakin bisa belajar. Toh setiap orang bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Saat ini Bunda sendiri masuk dalam dua bidang penulisan; fiksi dan non fiksi, dimana keduanya bisa saling melengkapi.
Tidak bisa dipungkiri, kadangkala seorang penulis mengalami rasa jenuh, seperti berada dalam posisi blocking. Ketika perasaan ini timbul saat menulis fiksi, beralih sejenak dengan menulis artikel di blog seperti mendapat ruang yang akan mengembalikan mood menulis. Atau kebalikannya, ketika sedang terdesak deadline, rasa panik yang melanda kadang kala malah memunculkan kisah fiksi di kepala, berupa cerita mini atau mungkin menulis puisi.
Lalu, Sebagai Penulis Apa Lagi Yang Dirasa Masih Kurang?
Ah, ya… Bunda masih harus banyak belajar tentang hal teknis terkait blogging. Ada aturan main khusus yang harus dipenuhi di sini.Sebagai ilustrasi:
Dalam menulis fiksi, Bunda harus memasukkan sesuatu unik dan special di karakter dan alur, yang akan membangun minat pembaca. Konflik perlu diciptakan untuk membuat jalan cerita menjadi dinamis. Sebagai orang yang cenderung menghindari konflik dalam dunia nyata, menuangkan hal ini dalam cerita bukan sesuatu yang mudah. Namun, dengan tekad ingin mememenangkan hati pembaca, Bunda berusaha untuk menyesuaikan. Sedikit demi sedikit, memasukkan konflik dalam cerita. Yah, walau konflik maupun emosi yang terbangun masih sederhana, namun setidaknya sudah mencoba.
Begitupun dalam mengelola blog sendiri. Menulis artikelnya mungkin tak sulit, karena saat ini referensi penulisan sangat banyak, tinggal menyesuaikan dengan sudut pandang yang akan dipergunakan. Namun aturan-aturan juga harus dikuasai, agar tulisan kita dapat ditayangkan dengan tepat. Nah, inilah pekerjaan rumah terbesar Bunda, yang kadang membuat mood menulis kadang terjun bebas.
Menyimak tulisan Muhammad Robith Adani, dari sekawanmedia.co.id, ada 3 tips untuk bisa menjadi seorang content writer professional:
- Memiliki keahlian dalam menulis
- Memahami penggunaan teknologi
- Mengikuti perkembangan trend yang ada
Tidakkah Bunda Berusaha Untuk Menggali Pemahaman Akan Hal Tehnis Ini?
Tentu dong! Dengan mengikuti workshop demi workshop atau bertanya pada teman yang lebih memahami, Bunda tetap berusaha. Lalu, apakah sekarang Bunda sudah paham? Sudah menguasai? …Terpaksa Bunda jawab, No… belum. 😄
Entahlah, mungkin faktor usia dan perbedaan generasi membuat daya tangkap kurang maksimal. Namun, pada saat membuat sebuah tulisan, penerapan aturan tetap Bunda upayakan dengan maksimal. Dengan menggandalkan insting dan berusaha cross cek dengan artikel teman. Terus dan terus berusaha.
Apakah Bunda sudah puas dengan pencapaian ini?
Belum dong, tetap belajar dan berusaha tentunya.
Seandainya suatu saat, Bunda mampu menguasai teknologi dalam blogging dan mampu menampilkan blog sesuai dengan apa yang diinginkan pasar, apa yang Bunda rasakan?
Aduh! Ini gak usah ditanya harusnya 😀... sudah pasti akan merasa puas. Bukan sekedar merasa bangga, namun lebih kepada "mampu mencapai apa yang menjadi hambatan".Usia Menjadi Kendalakah?
Tentunya iya dong, itu bisa menjadi kendala. Namun, Bunda tidak mau kalah oleh usia. Sepanjang pikiran, hati, tangan dan mata masih bisa berkoordinasi dengan baik, kenapa harus ada excuse?Untuk mencapai tujuan agar dapat menjadi seorang content writer, tentunya ada hal yang harus Bunda lakukan. Planner! Inilah yang paling penting, agar semua bisa dikerjakan dengan baik.
Sebenarnya membuat planner ini sudah ada…. di kepala 😔. Namun, tak dituangkan dengan baik, sehingga waktu dan sistematika menulis menjadi berantakan, dan hasilnya pun kadangkala kurang optimal.
Indikator Kesuksesan Seorang Content Writer
Merujuk pada beberapa referensi, indikator keberhasilan seorang content writer adalah:- Konten yang disajikan jelas dan tepat sasaran
- Konten didukung sumberdaya yang dipercaya
- Konten dilengkapi dengan visual berupa foto, video, infografik dll
- Judul konten harus menarik
Setelah sekarang mulai memasuki jalan menuju content writer, apakah ini bisa menjadi sumber penghasilan?
Ya, Insya Allah.
Dalam perjalanan selama ini, Bunda telah bertemu dengan beberapa teman sesama penulis yang pada akhirnya menjadikan profesi content writer sebagai pekerjaan. Dan setelah belajar mengambil job-job sederhana, Bunda sangat meyakini bahwa bidang ini sangat menjanjikan bagi para penulis.Pekerjaan yang sudah diselesaikan saat ini, masih terbatas pada bidang yang Bunda kuasai atau hal-hal yang familiar. Namun tidak tertutup kemungkinan, akan mempelajari bidang-bidang lain. Semua itu bisa dilakukan berproses.
Lalu mengenai jasa sebagai seorang content writer, saat ini masih banyak yang membayar murah. Bagaimana menurut Bunda?
Setelah belajar menulis sesuai dengan job, akhirnya Bunda menyadari bahwa untuk menuangkan pemikiran dan gagasan dalam sebuah artikel ternyata tidak mudah. Perlu usaha untuk mencari referensi, menelaahnya dan terakhir menuangkannya dalam kalimat yang menarik. Usaha itulah yang seharusnya di beri harga yang sesuai dengan kerja keras yang dilakukan.
Tentunya perlu pembuktian bahwa seorang penulis pada akhirnya pantas untuk mendapat reward yang sesuai.
Sedangkan untuk kekhususan penulisan, saat ini Bunda belum berpikir untuk spesialisasi hanya di satu bidang materi sebagai content writer, mengingat masih dalam proses belajar. Perlu proses untuk mendalami lebih jauh, dibidang apa nantinya keahlian menulis Bundai lebih terasah.
Tentunya usaha ini harus dihargai sesuai dengan kerja kerasnya. Namun di satu sisi, bisa dimaklumi juga kalau client masih menganggap peran content writing tidak terlalu signifikan dengan hasil penjualan. Itulah sebabnya ini menjadi pekerjaan rumah bagi para content writer untuk menulis dengan menyentuh psikologis pembaca. Hehe… ini tidak mudah, tapi banyak kok yang sudah berhasil melakukannya.
Dari ulasan Bunda di atas, berarti Bunda siap dong menjadi seorang content writer?
Lalu adakah yang di khawatirkan?
Secara umum tidak ada. Bukan untuk takabur, karena semua ini akan berproses. Seperti hanya dalam kehidupan, secara alami akan aada seleksi alam yang akan menonjolkan kemampuan kita masing-masing.Bunda, pikiran atau fisiologis seperti apa yang saat ini Bunda butuhkan agar bisa merasakan?
Pertanyaan pamungkas ini, memiliki jawaban sederhana.
Just do it, Yakini kamu bisa dan Insya Allah pasti bisa!
Tulisan ini mungkin masih belum bisa sempurna, namun sepenuhnya hasil pemikiran dalam menjawab The 21- Day Content Writing Challenge. Memaknai tujuan content writing itu penting, agar arah yang ingin dicapai lebih jelas.
Terima kasih sudah mampir dan membaca artikel ini. Insya Allah, Bunda akan terus berproses dan menghasilkan tulisan-tulisan lain di Meja Dapur blognya Bunda Dina ini. Dan tentunya terus berusaha meningkatkan kualitas content writing juga di media sosial yang bisa di ikuti di Instagram dan Facebook Bunda.
By. Bunda Dina
Bagi siapapun yang ingin menjadikan artikel ini sebagai referensi, tolong cantumkan link di artikelnya. Mohon tidak untuk copas ya. Terima Kasih
Post a Comment
Post a Comment